1.1.Pengertian
Laporan Menurut Para Ahli
Menurut Mulyadi (2008) laporan
adalah keluaran sistem informasi akuntansi dan berbentuk hasil cetak komputer
dan tayangan pada layar monitor komputer. Sedangkan menurut Rama dan Jones
(2008) laporan adalah presentasi data yang telah terformat dan terorganisasi
dengan baik.
Berdasarkan definisi laporan
menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa laporan adalah suatu data-data yang
telah diolah sehingga menghasilkan suatu informasi yang disampaikan melalui
suatu dokumen.
2.1.Perbedaan
Laporan Menurut Bahasanya
Berdasarkan kepada bahasanya
laporan terbagi menjadi 2 bentuk yaitu laporan formal dan laporan Informal.
1. Laporan Formal
Laporan Formal adalah laporan yang
ditulis secara ilmiah, yaitu sebagai hasil dari peneliti. Laporan formal
memiliki isi singkat tetapi padat dan sistematis serta logis. Biasanya laporan
ini bersifat impersonal dan materinya disajikan dalam suatu pola struktur.
Bentuk laporan formal terdiri dari :
A.
Bagian
Pendahuluan
1)
Halaman Judul
2)
Halaman
Pengesahan (jika perlu)
3)
Halaman Motto /
Semboyan (jika perlu)
4)
Halaman
Persembahan (jika perlu)
5)
Kata Pengantar
6)
Daftar Isi
7)
Daftar Tabel
(jika ada)
8)
Daftar Gambar
(jika ada)
9)
Daftar Grafik
(jika ada)
10) Abstrak
B.
Bagian Isi
1)
Bab I
I.
Pendahuluan
II.
Latar Belakang
III.
Identifikasi
Masalah
IV.
Pembatasan
Masalah / Ruang Lingkup Penelitian
V.
Rumusan Masalah
VI.
Tujuan dan
Manfaat
2)
Bab II : Kajian
Pustaka
3)
Bab III : Metode
Penelitian
4)
Bab IV :
Pembahasan
5)
Bab V : Penutup
C.
Bagian Penutup
1)
Daftar Pustaka
2)
Daftar Lampiran
3)
Indeks atau
Daftar Istilah
2. Laporan Informal
Laporan Informal adalah laporan yang ditulis tidak
dengan kata-kata ilmiah atau ditulis secara popular, dengan menggunakan
kata-kata sederhanana, bahasa dan terkadang diselingi dengan kalimat humor atau
lucu. Laporan Informal bersifat pribadi yaitu mengikuti dengan kepentingan
penulisannya. Laporan Informal terdiri dari :
A.
Laporan
Kunjungan
1)
Judul Laporan
2)
Tujuan
3)
Waktu
Pelaksanaan
4)
Hasil yang
diperoleh
B.
Laporan
Percobaan
1)
Judul Percobaan
2)
Pelaksanaan
3)
Urusan kerja
4)
Data yang
diperoleh
5)
Kesimpulan
C.
Laporan diskusi
1)
Topik
2)
Moderator
3)
Penyaji
4)
Jumlah peserta
5)
Masalah yang
dibicarakan
6)
Pemecahan
masalah
7)
Kesimpulan
3.1. Contoh Laporan
Formal
PANDUAN
PENYUSUNAN USULAN DAN LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION
RESEARCH)
1. Latar Belakang
Peningkatan
mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain: melalui
peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, pelatihan dan
pendidikan, atau dengan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan
masalah-masalah pembelajaran dan nonpembelajaran secara profesional lewat
penelitian tindakan secara terkendali. Upaya meningkatkan kualitas pendidik dan
tenaga kependidikan lainnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi
saat menjalankan tugasnya akan memberi
dampak positif ganda. Pertama, peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan
masalah pendidikan dan pembelajaran yang nyata. Kedua, peningkatan kualitas
isi, masukan, proses, dan hasil belajar. Ketiga, peningkatan keprofesionalan
pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Keempat, penerapan prinsip
pembelajaran berbasis penelitian.
Upaya
peningkatan kemampuan meneliti di masa lalu cenderung dirancang dengan
pendekatan research-development-dissemination (RDD). Pendekatan ini lebih
menekankan perencanaan penelitian yang bersifat top-down dan bersifat kuat
orientasi teoritiknya. Paradigma demikian dirasakan tidak sesuai dengan
perkembangan pemikiran baru, khususnya Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah (MPMBS). Pendekatan MPMBS menitikberatkan pada upaya perbaikan mutu
yang inisiatifnya berasal dari motivasi internal pendidik dan tenaga
kependidikan itu sendiri (an effort to internally initiate endeavor for quality improvement), dan
bersifat pragmatis naturalistik.
MPMBS
mengisyaratkan pula adanya kemitraan antar jenjang dan jenis pendidikan, baik
yang bersifat praktis maupun dalam tataran konsep. Kebutuhan akan kemitraan
yang sehat dan produktif, yang dikembangkan atas prinsip kesetaraan sudah
sangat mendesak. Kemitraan yang sehat
antara LPTK dan sekolah adalah sesuatu yang penting, lebih-lebih lagi dalam era
otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan. Penelitianpun hendaknya dikelola
berdasarkan atas dasar kemitraan yang sehat (kolaboratif), sehingga kedua belah
pihak dapat memetik manfaat secara timbal balik (reciprocity of benefits).
2. Tujuan
A.
Meningkatkan mutu isi, masukan, proses,
dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah (SD, SMP, SMA dan SMK).
B.
Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah
pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
C.
Meningkatkan sikap profesional pendidik
dan tenaga kependidikan.
D.
Menumbuh-kembangkan budaya akademik di
lingkungan sekolah dan LPTK, sehingga tercipta sikap proaktif di dalam
melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan
(sustainable).
E.
Meningkatkan keterampilan pendidik dan
tenaga kependidikan khususnya di sekolah dalam melakukan PTK.
F.
Meningkatkan kerjasama profesional di
antara pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah dan LPTK.
3. Bidang Kajian
Penelitian Tindakan Kelas
Masalah
belajar siswa di sekolah (termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah
belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi). Desain dan
strategi pembelajaran di kelas (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah
pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode
pembelajaran, interaksi di dalam kelas, partisipasi orangtua dalam proses
belajar siswa).Alat bantu, media dan sumber belajar (termasuk dalam tema ini,
antara lain: masalah penggunaan media, perpustakaan, dan sumber belajar di
dalam/luar kelas, peningkatan hubungan antara sekolah dan masyarakat).
Sistem
asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran (termasuk dalam tema ini,
antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan
instrumen asesmen berbasis kompetensi). Pengembangan pribadi peserta didik,
pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya (termasuk dalam tema ini antara lain:
peningkatan kemandirian dan tanggungjawab peserta didik, peningkatan
keefektifan hubungan antara pendidik- peserta didik dan orangtua dalam PBM,
peningkatan konsep diri peserta didik). Masalah kurikulum (termasuk dalam tema
ini antara lain: implementasi KBK, urutan penyajian materi pokok, interaksi
guru-siswa, siswa-materi ajar, dan siswa-lingkungan belajar).
4. Luaran Penelitian
Tindakan Kelas
Luaran umum yang
diharapkan dihasilkan dari PTK adalah sebuah peningkatan atau perbaikan
(improvement and theraphy), antara lain sebagai berikut.
A.
Peningkatan atau perbaikan terhadap
kinerja belajar siswa di sekolah.
B.
Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu
proses pembelajaran di kelas.
C.
Peningkatan atau perbaikan terhadap
kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.
D.
Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi
yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
E.
Peningkatan atau perbaikan terhadap
masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.
F.
Peningkatan dan perbaikan terhadap
kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan
kompetensi siswa di sekolah.
5. Pengusul Penelitian
Tindakan Kelas
Semua dosen LPTK
(keguruan dan non keguruan) negeri maupun swasta dari semua program studi yang
berkolaborasi dengan guru (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK) di sekolah/madrasah.
Khusus untuk dosen LPTK
non keguruan dapat mengusulkan PTK dengan catatan mereka harus berkolaborasi
dengan guru bidang studi di sekolah.
Para dosen LPTK
yang tidak sedang terikat Kontrak Kerja Penelitian
dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Menristek (dibuktikan dengan Surat Keterangan dari
Lemlit), atau tidak sedang studi lanjut
(dibuktikan dengan Surat Keterangan Dekan).
6. Kolaborasi dalam
Penelitian Tindakan Kelas
Permasalahan penelitian
tindakan kelas harus digali atau didiagnosis secara kolaboratif dan sistematis
oleh dosen dan guru dari masalah yang nyata dihadapi guru dan/atau siswa di sekolah. Masalah
penelitian bukan dihasilkan dari kajian teoretik atau dari hasil penelitian
terdahulu, tetapi masalah lebih
ditekankan pada permasalahan aktual pembelajaran di kelas.
Penelitian ini bersifat
kolaboratif, dalam pengertian usulan harus secara jelas menggambarkan peranan
dan intensitas masing-masing anggota pada setiap kegiatan penelitian yang
dilakukan, yaitu: pada saat mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan
penelitian (melaksanakan tindakan, observasi, merekam data, evaluasi, dan
refleksi), menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir.
Dalam PTK, kedudukan
dosen setara dengan guru, dalam arti
masing-masing mempunyai peran dan tanggungjawab yang saling membutuhkan dan
saling melengkapi untuk mencapai tujuan.
7. Jangka Waktu dan
Biaya Penelitian
Usulan penelitian
disusun untuk kegiatan selama 10 bulan (persiapan sampai dengan pelaporan
hasil). Biaya penelitian untuk setiap usulan maksimum Rp 10.000.000 (sepuluh
juta rupiah), yang rinciannya terdiri dari:
Honorarium Ketua
Peneliti dan anggota (tidak melebihi dari 30% total biaya usulan).
Biaya operasional
kegiatan penelitian di sekolah (minimum 30% dari total biaya).
Biaya perjalanan
disesuaikan dengan kebutuhan riil di lapangan, termasuk biaya perjalanan
anggota peneliti ke tempat penelitian.
Lain-lain pengeluaran
(dokumentasi, laporan, photocopy, dan lainnya).
8. Kriteria Seleksi
Usulan penelitian akan
diseleksi secara ketat oleh Tim Pakar dari perguruan tinggi yang ditunjuk oleh
Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan
Tinggi (Dit.PPTK dan KPT). Kriteria evaluasi terhadap usulan penelitian PTK
mencakup :
Perumusan Masalah
(terutama: asal, relevansi, dan cakupan permasalahan).
Cara Pemecahan Masalah
(terutama: rancangan tindakan, dan kontekstualitas tindakan, kriteria
keberhasilan sebuah tindakan).
Kemanfaatan Hasil
Penelitian (terutama: potensi untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas isi,
proses, masukan, atau hasil pembelajaran dan/atau pendidikan).
Prosedur Penelitian
(terutama: prosedur diagnosis masalah, perencanaan tindakan, prosedur
pelaksanaan tindakan, prosedur observasi dan evaluasi, prosedur refleksi hasil penelitian).
Kegiatan Pendukung
(terutama: jadwal penelitian, sarana pendukung pembelajaran masing-masing
anggota penelitian dalam setiap kegiatan penelitian, dan kelayakan pembiayaan).
9. Pemantauan
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Pemantauan terhadap
pelaksanaan penelitian akan dilakukan oleh Tim yang ditunjuk oleh Dit.PPTK dan
KPT, Ditjen Dikti menjelang penulisan laporan akhir penelitian. Pelaksanaan
pemantauan akan dikoordinasikan oleh Lembaga Penelitian masing-masing LPTK
sebagai penanggungjawab kontrak penelitian di perguruan tinggi negeri maupun
swasta.
Monitoring akan
diselenggarakan dengan mempergunakan
Format Pemantauan Penelitian Tindakan Kelas yang dikeluarkan oleh
Dit.PPTK dan KPT
10. Tata Cara Pengajuan
Usulan Penelitian
A.
Cara Pengajuan Usulan Penelitian
1. Diajukan
lewat Lembaga Penelitian, diketahui oleh Kepala Sekolah yang bersangkutan.
2. Jumlah
anggota maksimal 2 (dua) orang dari LPTK dan 3 (tiga) orang dari guru, atau
seorang dosen dari LPTK dan 2 (dua)
orang guru.
3. Seleksi
awal terhadap usulan dosen dari LPTK dilaksanakan oleh masing-masing Lemlit
dengan memperhatikan secara sungguh-sungguh Panduan Penyusunan Proposal PTK dan
Buku Petunjuk Pelaksanaan PTK yang disusun oleh Dit.PPTK dan KPT. Berita acara
seleksi perlu dilampirkan.
4. Seorang
peneliti (dosen/guru) hanya diperbolehkan terlibat dalam satu PTK atau RII,
baik sebagai ketua maupun anggota,
sehingga tidak diperkenankan merangkap.
B.
Usulan dibuat dalam rangkap 3 (tiga)
dengan sampul (cover) berwarna Biru Muda
dan dikirimkan ke Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan
Ketenagaan Perguruan Tinggi, Lt.4, Jalan Pintu 1, Senayan-Jakarta oleh
masing-masing LPTK Pengusul.
C.
Usulan yang tidak memenuhi ketentuan di
atas akan didiskualifikasi dan usulannya tidak diperiksa.
4.1. Contoh Laporan
Non Formal
Berbagi
Cintah Kasih Saat Waisak 2556 BE
Perayaan
Waisak 2556 di vihara Buddha Kirti dipimpin oleh bhikhu Dhammavijayo Mahathera
dihadiri mayoritas muda-mudi Buddhis dari berbagai kampus. Kegiatan
Visakhapunami puja diawali dengan pelepasan satwa, meditasi, pelimpahan jasa
serta bakti sosial donor darah, bakti sosial ke panti jompo undaan. Keceriaan
para burung pipit terlihat saat pelepasan satwa atau Fangsen. Mereka
beterbangan saat sangkar dibuka oleh Maha pandita Khemawati bersama muda-mudi
vihara Buddha Kirti. Demikian pula kegiatan donor darah memperoleh antusiasme
dari umat Buddhis.
Juga
kegiatan bakti sosial di panti jompo terpancar kebahagiaan di wajah para
lansia. “Kegiatan sosial seperti donor darah dan baksos ke panti jompo sebagai
proses pembelajaran agar generasi muda memiliki kepedulian sosial terhadap
orang lain. Momentum Waisak merupakan saat yang tepat untuk berbagi cinta kasih
dan kasih sayang” jelas Maha Pandita Khemawati, ketua vihara Buddha Kirti.
Dalam
siraman rohaninya beliau berpesan agar umat Buddhis meneladani kesempurnaan
jiwa Sang Buddha dengan cara memiliki kesadaran diri agar bebas dari
penderitaan batin. “Penyebab penderitaan adalah kesalahan manusia dalam
menggunakan panca indera dengan pikiran, perbuatan, perkataan dan perasaan
secara negatif.Bila tak ingin menderita berusaha merubah dengan berpikir secara
positif sehingga memperoleh ketenangan dan kebahagiaan batin.
Tubuh
jasmani seperti bentuk pikiran, perasaan, panca indera bersifat tidak kekal dan
tanpa keakuan. Cara melepaskan penderitaan dengan kesadaran diri untuk mencapai
yang tersadarkan dalam diri kita masing-masing. Dengan kejujuran terhadap diri
sendiri akan mengurangi penderitaan batin tersebut” kata bhikhu Dhammavijayo
Mahathera. Nuansa Waisak merupakan momentum yang tepat untuk introspeksi
terhadap kebijaksanaan serta kejujuran terhadap diri kita masing-masing dalam
kehidupan kemasyarakatan. Sudahkah kita bijaksana dan jujur terhadap diri
sendiri dan orang lain?
Referensi
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar